Sejarah Desa

Pada masa penjajahan, wilayah Desa Karangrejo merupakan kebun karet milik perusahaan Belanda NV. Nederlands Indische Rubber Koffie Cultuur Maatschappij dengan status tanah Recht van Erfpacht. Lahan ini terbagi dalam tiga ampean: Karang Tanjung, Sumenur, dan Karangrejo. Setelah kemerdekaan, hak kelola asing dicabut oleh pemerintah melalui SK Menteri Pertanian dan Agraria pada 25 Mei 1964, sebagai bagian dari reforma agraria.
Karangrejo kemudian resmi menjadi desa melalui SK Gubernur Jawa Timur tahun 1968 dan SK Bupati Blitar tahun 1969. Kepala desa pertamanya adalah Bapak Sukemi, diikuti oleh beberapa pemimpin lain hingga kini dijabat oleh Bapak Imam Rohadi sejak 2023.
Struktur pemerintahan desa mengalami beberapa perubahan mengikuti kebijakan nasional, mulai dari sistem tradisional hingga sistem modern sesuai UU Desa. Istilah seperti Lurah, Carik, dan Kamituwo diganti menjadi Kepala Desa, Sekretaris, dan lainnya, mencerminkan penyesuaian administratif demi tata kelola desa yang lebih baik.